Selalu ada yang berubah di negara ini, setidaknya Ho Chi Minh punya bandara internasional modern yang baru diresmikan tahun 2007. Tentu saja jauh lebih bagus saat saya pertama kali menginjakan kaki di sini empat tahun yang lalu. Waktu itu bandara Adisutjipto di Jogjakarta saja masih jauh lebih bagus dibandingkan bandara Tan Sho Nat, tapi sekarang situasinya sudah berbalik. Vietnam memang sedang menikmati berkah ekonomi sejak presiden Bill Clinton dan puterinya Chelsea kesengsem dengan mie khas mereka di restoran Pho 2000 dalam kunjungan presiden Amerika pertama di tahun 2000. Naga kecil ini menjadi salah satu kekuatan ekonomi baru di Asia walau ada satu pemandangan yang tidak berubah, akrobatik para pengendara motornya dan jumlahnya tiga juta !
Perjalanan dari bandara ke pusat kota tempat hotel saya menginap cuma setengah jam dengan taxi Isuzu Panther yang disupiri oleh perempuan setengah baya. Jalanan sejak keluar bandara sudah dipenuhi oleh bisingnya suara motor yang jumlahnya tak terhitung. Bila jalan satu arah, mobil akan berada di posisi sebelah kiri dan setengah badan lagi akan dikuasai oleh kendaraan roda dua ini. Apabila sudah terlalu padat atau ingin memotong jalan, pengendara motor tak segan masuk ke trotoar, persis seperti prilaku teman2nya di Jakarta. Menyebrang diperlukan keberanian atau lebih tepatnya kenekatan karena motor seringkali tak hirau dengan lampu merah, jadi berjalanlah terus karena motor akan melakukan zig zag menghidari pejalan kaki.
Motor memang menjadi moda transportasi utama di kota terpadat di Vietnam ini. Pemangkasan pajak impor kendaraan motor hingga 50%, naiknya pendapatan per kapita akibat ekspor yang terus meningkat (60% pendapatan Vietnam dari ekspor), masuknya motor murah dari Cina, adalah faktor2 yang menyebabkan kendaraan ini menjadi alat transportasi favorit penduduk dibandingkan dengan kendaraan umum yang belum tertata dengan baik.
Inilah Ho Ch Minh yang dulu dikenal dengan sebutan Saigon, the pearl of the orient, begitu julukan yang diberikan sejak era kolonial Prancis. Kota metropolis ini terus berbenah dan merupakan kota terbesar di Vietnam mengalahkan Hanoi, ibukota Vietnam di sebelah Utara. Dengan luas tiga kali Jakarta, HCMC dipadati oleh 7 juta penduduk yang hanya terkonsentrasi di daerah perkotaan. Saat taxi melintas di Saigon Reunification Palace aroma akibat perang susah dilepaskan dari negara ini. Gedung ini menghiasi berbagai film perang Vietnam saat pintu gerbangnya didobrak oleh tank NVA di bulan April 1975 yang mengakhiri perang berkepanjangan dengan Amerika.
Gambar Ho Chi Minh yang dihormati bertebaran di penjuru kota seakan mengingatkan generasi muda akan kisah kepahlawanan orang tua mereka yang berhasil mengusir para penjajah. Satu hal, jika ingin menyaksikan militansi bangsa Vietnam, datanglah ke Chu Chi Tunnel, sebuah lubang tikus dengan panjang ratusan kilometer tempat persembunyian sekaligus perlawanan mereka terhadap Amerika. Di lubang yang sempit ini saya menyaksikan bagaimana mereka membangun fasilitas dapur, kantor, klinik, hingga ruang bedah dengan sistem ventilasi yang rumit sehingga jejak asap dari dapur umum sekalipun tidak akan pernah diketahui. Apa makanan mereka sehari-hari saat peperangan ? Singkong rebus dan gula merah yang akan disajikan kepada para turis !
Generasi muda Vietnam sekarang mungkin lebih tersentuh dengan modernisasi dibandingkan dengan romantisme kepahlawanan generasi orang tua mereka. Saigon Center dan berbagai butik, galeri seni, cafe, dan kehidupan malam di kawasan di jalan Dong Khoi tempat hotel saya menginap seakan mencoba melupakan kegetiran perang yang tidak berkesudahan. Daerah ini merupakan jantung kota HCMC yang diabadikan oleh novelis Graham Greene dalam novel The Quite American tentang kehidupan mata2 Inggris di Saigon. Di seberang hotel tempat saya menginap terdapat Rex Hotel, tempat para jurnalis berkumpul saat mengabadikan peperangan, konon berhantu 🙂
Higland Coffee, yang merupakan Starbucks versi Vietnam, dipenuhi para pengunjung, tapi tidak menggeser kebiasaan para penduduk ngopi di pinggir jalan dengan meja rendah dan kursi mini. Vietnam merupakan salah satu penghasil kopi terbesar di dunia terutama jenis robusta dan ngopi sudah menjadi tradisi sehari-hari yang menjadi pemandangan umum di jalan2 kota ini.
Kalau berminat kita bisa mengikuti kebiasaan penduduk setempat tersebut sambil menikmati camilan kecil seperti Cha Gio (crispy spring roll), Goi Cuon (fresh spring rolls), atau merasakan mie bakso lokal (pho) dengan daun mint yang segar, dan diakhiri dengan dessert bo bia ngot, semacam crepes yang ditaburi coklat dan digulung dengan rasa manis dan tenu saja sambil ditemani segelas cha pe da, kopi susu ala Vietnam atau minuman favorit saya, kelapa muda yang rasanya juicy !
Banyak cara untuk menikmati kota HCMC,tapi orang asing tidak diperkenankan membawa kendaraan sendiri saat menyewa mobil. Cara yang lebih murah dan praktis adalah dengan ojek, tapi negosiasikan dulu harganya karena banyak kejadian saat wisatawan harus membayar diluar kewajaran untuk jarak dekat. Cara lain adalah dengan taxi khusus turis (Saigon Tourist Taxi), tapi banyak di antara mereka yang tidak bisa berbahasa Inggris.
Kota HCMM relatif aman untuk para turis, namun disarankan untuk menghindari percakapan tentang perang Vietnam dengan penduduk lokal apalagi memanggil mereka dengan sebutan Vietcong. Sebagai negara yang baru berkembang, banyak warganya yang masih hidup dalam kemiskinan. Mereka menganggap wisawatan terutama bule adalah sasaran empuk terutama dalam hal ongkos kendaraan umum seperti ojek wisata dan becak. Berpose untuk dipotret dengan pedagang atau penduduk lokal disarankan untuk dihindari kalau anda tidak ingin diperas hingga 10 dolar hanya untuk sekali pemotretan seperti yang terjadi dengan teman saya. Secara keseluruhan kota ini relatif lebih aman saat karena polisi setempat berusaha sebisa mungkin melindungi kenyamanan para turis.
Pasar Ben Thanh adalah salah satu atraksi wisatawan yang harus dikunjungi. Di sini bisa kita temukan berbagai kerajinan setempat dan dengan harga cukup miring dibanding dengan yang dijual di toko2 lainnya. Tidak usah takut menawar karena dengan bahasa kalkulator kita bisa mendapat harga cukup pantas.
Rasanya perlu waktu yang cukup panjang untuk bisa melihat semua objek wisata di sini, tapi foto2 yang ditampilkan di sini semoga bisa memberikan sedikit gambaran kehidupan di HCMC yang bagi saya merupakan kota favorit di Asia. Kulinernya yang segar dan tidak terlalu berminyak terutama jajanan pasar-nya adalah hal yang membuat saya selalu bersemangat apabila bepergian ke negara ini.
Vietnam memang sedang menikmati buah kapitalisme, tapi negara ini punya sejarah panjang perlawanan tanpa henti terhadap invasi bangsa luar termasuk Cina, Khmer, Prancis hingga Amerika. It’s a proud nation.
We have a secret weapon…it is called Nationalism” (Ho Chi Minh)
Tags: cha pe da, ho chi minh, kopi vietnam, pho 2000, saigon
September 26, 2009 at 11:42 pm
wow. great pics like usual. Jadi ingin berkunjung ke Vietnam lagi 🙂
October 10, 2009 at 2:13 pm
Bagus sekali foto2nya, yes minggu depan saya kesana dan blog ini bisa menjadi inspirasi perjalanan.
Btw itu nulisnya ada yang salah harusnya ‘Mesjid’ ketulis ‘Mesid’ ato ini bahasa VN ya:). Oh ya mesjid itu dijalan apa ya..
October 11, 2009 at 7:41 pm
Asyik banget ya, culinary adventure nya juga terdokumentasi dengan baik 😀 Jadi pengen Spring Rolls ala Vietnam lagi…. huhuuh
October 15, 2009 at 12:47 pm
wahhh…seru..seru….aku juga mau ke sana 10 hari lagi…. 🙂
fotonya bagus2 sekali …pa lagi foto – kopi vietnam – menggoda sekali untuk di coba 🙂
October 19, 2009 at 1:05 pm
dear Toni,
foto+liputannya BAGUS banget..
HCMC memang something else..beberapa kali ke sana, selalu meninggalkan kenangan tersendiri.
Apa ya iya ya, negara yg mirip2 sama negara kita, kok bikin kita ‘terkesan’ atau cuma saya seorang yg ‘aneh’
hehehe…sharing dong teman2 yg pernah ke sana,,
October 19, 2009 at 3:38 pm
waaaah mas toni enak nih jalan2 teruuuus….
October 31, 2009 at 5:39 am
Ass…mas toni dah beberapa bulan ini koq..nga update nih…rindu and kangen nih sama tulisannya da liputannya …..
salam
November 7, 2009 at 5:14 am
Vietnamese Lumpia pake rice paper, enak banget! Lucu ya kalo liat masih banyak pengaruh Perancis disana.
January 4, 2010 at 6:33 am
Walau motornya jutaan tapi di foto tak terlihat berjejalan seperti di Indonesia.
Kopi Vietnam? Rasanya mirip kopi Muangthai nggak? Hmm jadi pengin segelas kopi, tapi mesti pakai diganjal dulu perutnya, biar nggak perih.
January 26, 2010 at 7:56 pm
seru jg liputannya. tanya klo bakpacker hotel2 di HCMM banyak bs kasih referensi rate nya trim
October 12, 2010 at 10:27 pm
hmm .. saya baru saja kemarin dari vietnam. Negara yang cukup menarik.. memang kendaran bermotor banyak sekali termasuk jenis dan ragamnya.
kemarin selama dua hari saya hanya sempat mengunjungi chu chi tunnel dan mekong delta (selain HCMC). kapan ya sempat mengunjungi vietnam bagian utaranya ?? Halong bay kata orang tempat yang sangat menarik untuk dikunjungi …
Satu2nya masalah adalah bahasa inggris mereka susah sekali saya mengerti karena aksen mereka yang mirip ke bahasa china.