Kalau New York punya hutan kota Central Park, Bandung pun punya Taman Hutan Juanda yang asri di kawasan Dago. Dengan luas 590 hektar, taman ini menjadi sumber resapan mata air dan paru2 kota Bandung yang sudah semakin sumpek. Sayangnya pembangunan perumahan elit di kawasan resepan air ini seperti tidak terawasi dengan baik. Munculnya komplek2 pemukiman baru membuat sumber mata air bagi PDAM Bandung dikhawatirkan akan semakin berkurang.
Tujuannya gampang ditempuh dengan kendaraan umum yang akan berhenti di terminal Dago. Bagi yang tidak membawa kendaraan pribadi bisa menggunakan jasa ojek yang banyak tersedia.
Tiket masuk 8 ribu per orang dan mobil 10 ribu. Bagi yang gemar hiking atau sekedar jalan santai, di sini tempat yang cocok untuk aktivitas tersebut sambil menghirup segarnya aroma hijaunya hutan ini.
Selain hutan, di sini tempat dua gua yang digunakan oleh tentara Belanda dan jepan saat perang kemerdekaan. Jaraknya hanya sekitar 500 meter dari pintu masuk. Para pemandu menyediakan jasa penyewaan lampu senter dan sedikit pengetahuan sejarah mengenai asal usul gua ini.
Bila kuat berjalan hingga sejauh lima kilometer terdapat air terjun Maribaya, jasa ojek bisa dipergunakan untuk menghemat tenaga. Secara keseluruhan Taman Hutan ini cukup nyaman untuk dilalui karena sudah tersedia paving block. Sayangnya agak kurang terawat dengan sampah yang bertebaran di mana2.
Di beberapa tempat terdapat saung atau warung2 kecil bisa dimanfaatkan untuk sekedar lesehan dan menikmati jagung bakar. Minuman yang berwarna seperti air teh itu adalah “lahang” yang sudah sangat jarang ditemukan. Pembuatnya, Supardi, mungkin hanya dari sekian orang yang maih mau bersusah payah memanjat pohon nira dan memprosesnya menjadi sebuah minuman manis dan segar.
Kawasan Dago Pakar tempat hutan ini berada menempati posisi penting bagi orang Bandung. Sebagai daerah resapan air, semestinya pembangunan kawasan pemukiman elit di sekitar wilayah ini dikontrol dengan ketat. Kalau tidak, mungkin dalam waktu yang tidak terlalu lama penduduk Bandung akan kehilangan paru2 kota dan sumber air bersih bagi mereka.
* * * * *
June 2, 2009 at 2:55 pm
luar biasa, mantab, kapan nih diajak hunting. biar bisa belajar sama ahlinya.
June 3, 2009 at 1:17 am
Ton disini yg namanya trails dan parks betul2 sangat dijaga. Nanti aku nulis tentang Cathedral Grove salah satu cagar hutan yg dipenuhi oleh pohon2 berukuran raksasa yg saking tingginya seperti menyentuh langit. Pohon2 ini ada yg usianya seratus tahun lebih, dan kalau ada yg tumbang tidak boleh diambil untuk keperluan pribadi misalnya. Pohon2 yg tumbang itu dibiarkan tergeletak hingga dipenuhi oleh lumut yg malah keliatan menarik karena terlihat seperti jenggot kakek2 di film2 silat. Orang2 betul2 menjaga kelestarian parks atau trails..saking patuhnya gak ada tuh yg berani pipis sembarangan. Di Cathedral Grove malah ada public toiletnya meski aku rada sungkan masuk kesana karena kesan-nya spooky. Selain itu masyarakat pada umumnya juga senang sekali berkebun, menanam bunga…entah itu para ibu2nya juga bapak2nya. Di Indonesia para pebisnis kita terlalu sering melanggar peruntukan sebuah lahan yg semestinya dilindungi. Cilakanya pejabat2nya pun tidak kalah tololnya dengan memberikan izin membangun karena mereka mengincar saweran (uang tambahan). Aku juga sudah capek melihat terlalu banyak mall atau ruko2 dibangun di tempat yg bukan semestinya…contohnya Kelapa Gading. Kayaknya kalau ada pengusaha Indonesia yg dikasih wewenang untuk menjalankan usaha di tempat tinggalku sekarang..bisa habis deh itu jajaran pohon2 pinus di sepanjang jalan π bukan ngejelekin ya…ini fakta!
June 4, 2009 at 9:04 pm
foto hutan yang pertama keren ya, bisa ketangkap perbedaan warna pohon yang di depan sama rimbunan pohon yang dibelakang
July 14, 2010 at 4:57 pm
asyik nie liputannya,tapi ada yg kelewat kalo ngomongin dago pakar,,,,,TEPI CEMARA CAFE di depan parkiran TAHURA….