Calon pengantin akan menyalakan tujuh buah sumbu pelita, sebuah perlambang banyaknya hari dan terangnya matahari yang menyinari bumi. Dengan sinarnya itulah kedua calon pengantin diharapkan dapat menjalani kehidupan rumah tangganya. Itu salah satu cuplikan upacara Ngeuyeuk Seureuh, dalam upacara adat perkawinan Sunda isinya bukan hanya sekedar pendidikan hubungan suami istri. Di dalamnya terkandung petuah atau nasihat bagaimana menjalani kehidupan berumah tangga melalui berbagai simbol2 yang diperagakan oleh seorang pangeuyeuk atau yang memimpin acara ini.
Pandangan hidup orang Sunda senantiasa dilandasi oleh tiga sifat utama yakniΒ silih asih, silih asuh, dan silih asah atau secara literal diartikan sebagai saling menyayangi, saling menjaga, dan mengajari. Ketiga sifat itu selalu tampak dalam berbagai upacara adat atau ritual terutama acara ngueyeuk seureuh. Diharapkan kedua calon pengantin bisa mengamalkan sebuah peribahasaΒ kawas gula jeung peuet (bagaikan gula dengan nira yang sudah matang) artinya hidup yang rukun, saling menyayangi dan sebisa mungkin menghindari perselisihan.
Sebelum upacara dimulai biasanya pemimpin acara akan memanjatkan do’a kepada Tuhan agar kedua calon pengantin diberikan perlindungan dan kebahagiaan dalam menempuh kehidupan rumah tangga. Kemudian dilanjutkan dengan prosesi sebagai berikut :
- Menggunting kanteh atau tali yang dimintakan oleh calon mempelai kepada kedua orangtuanya untuk meminta do’a restu.
- Dikeprak dengan sapu lidi. Artinya calon mempelai harus gesit, giat bekerja, dan saling menyangi.
- Membuka tutup peralatan ngeyeuk seureuh dari kain putih, simbol pernikahan yang harus didasari niat suci.
- Calon mempelai diminta mengangkat selembar kain yang berisi busana.
- Membelah mayang dan jambe atau pinang.
- Menumbuk halu kedalam lumpang
- Membuat lungkun, dua lembar daun sirih yang berhadapan diikat, simbol pernikahan yang harus diikat dengan kasih sayang. Lungkun kemudian dibagikan kepada tamu yang hadir perlambang membagikan kebahagian berupa rejeki dari kedua calon mempelai.
- Berebut uang lalu hasilnya disimpan bersama. rejeki dari pihak istri maupun suami pada dasarnya untuk kepentingan bersama.
- Menyalakan tujuh buah pelita, sebuah kosmologi Sunda akan jumlah hari yang diterangi matahari dan harapan akan kejujuran dalam mebina kehidupan rumah tangga.
Setidaknya itu yang saya ingat akan makna sakral acara yang sebenarnya sudah jarang menjadi bagian upacara pernikahan.Β Ngeuyeuk seureuh adalah tradisi dari budaya Sunda yang semestinya dipelahara sebagai kekayaan khazanah budaya kita.
Ket : Foto2 dari upacara Ngeueyeuk Seureuh Ecky Puspasari, Cisayong, Tasikmalaya, 28 Februari 2009.
March 11, 2009 at 5:54 am
As usual, two thumbs up for the pict. Btw, baru sekarang lho ngerti makna upacara dari Ngeyeuk seureuh. Tapi memang sekarang sudah jarang orang yang mengerti makna dari ritual itu ya …
March 11, 2009 at 12:19 pm
Menarik sekali memang mempelajari budaya masing-masing suku di Indonesia. Saat anak sulungku menikah, keluarga pengantin putri menggunakan adat Jawa, dan saya makin paham bahwa setiap langkah ada maksudnya.
Cuma, ribet bin repot..membayangkan kalau mantu si bungsu:P
March 11, 2009 at 5:47 pm
khusuk banget yah om.. great photos as usual π
om toni juga orang sunda nih?
March 11, 2009 at 8:09 pm
ahhh…fotonya kereeen
March 11, 2009 at 11:44 pm
Wah, detail banget! Thanks ya Ton, udah dijelasin panjang lebar, sekarang gue lebih ngerti π
Foto-fotonya apik! Jadi pengen posting Cisayong Part 2 π
March 12, 2009 at 5:40 am
ngeueyuek suereuh…baru denger sih,,,pilosofinya bermakna tinggi banget…kita nyadar ga sih..kalo mao memasuki hidup baru ?? seperti itu….
btw: mempelai prianya bule yah π
rusman
March 12, 2009 at 1:35 pm
wah, toni ngerti budaya sunda juga yah…riset dulu?
March 14, 2009 at 1:56 am
[…] what is Ngeyeuk Sereh exactly? Read all about it in Toni’s blog – it’s in Indonesian but once you see the photos (which are awesome) I’m sure […]
March 14, 2009 at 2:47 am
Thanks, penjelasannya ringkas banget mas Toni. Ada beberapa kesamaan dengan upacara di adat Jawa, daun sirih, beras (kacar kucur, untuk rejeki) dsb…Intinya yah agar mempelai hidup rukun selalu.
Dan seperti biasa, foto2nya menarik banget!
March 14, 2009 at 4:22 am
Sepertinya semua budaya di Indonesia penuh dengan simbolisasi. Kalau tidak diperkenalkan kepada yang muda, bisa ilang juga nantinya (doh)
Btw, itu pengantin prianya bule ya?
March 23, 2009 at 2:02 pm
diantara semua upacaranya Ecky, kok yang keinget cuma ngeuyeuk seureuh ya Ton π apalagi yang pas membelai-belai pelepah pisang..hehehe! saru tuh si ibu…
March 27, 2009 at 5:14 pm
Ehem.. kayaknya dulu ada yang gak pake ritual Ngeuyeuk Seureuh ini niy.. jadi nya yang ada Ngerpyuk sareh.. alias kacau balau.. hi..hi..hi.. π
December 29, 2009 at 5:50 am
Duuhh..jadi waas waktu nikahan dulu, ada ngeuyeuk seureuh..walo suami saya jawa. tetep..happy di acara tsb, apalagi guyonan dari pangeuyeuk Bp.H.Edi ma Hj.Agus Hidayat. Apalagi siraman…hik..hik…ampe air mata ga kering2..nich… inget kasih sayang ortu..apalagi papa almarhum.
Mudah2an aja ya…calon2 penganti sekarang, jgn pengen pada simple …tuhhh budaya karuhun lestarikan…ga rugi….
January 29, 2010 at 5:21 pm
hatur nuhun ngabantos pisan kangge generasi kanu acan terang, mugia teras di lestarikeun!!!!!!!!!!!!!!!!!!