Pulang

Baru landing di bandara tercinta Soekarno-Hatta tadi sore dengan penerbangan SQ dari Singapura. Baggage claim memecahkan rekor dengan waktu hampir 45 menit sampai kopor hitam saya nongol ! Entah karena pesawat penuh yang membuat petugas bell boy di airport harus kerja keras atau karena sistem pemindahan kopor dari badan pesawat ke belt kurang efisien. Ah pusing mikirin efesiensi petugas kita di bandara plus tangan nakal yang membuka tas teman kantor saya.

Waktu tunggu sampai koper kita muncul di conveyor belt memang bervariasi antar airport di dunia. Tapi kalau hingga 30 menit lebih tentu ada yang salah dengan manajemen di bandara. Di airport Changi, biasanya kurang dari 15 menit, Malaysia tidak jauh beda, Bangkok 20 menit, Brunei agak lelet, San Francisco dan NY hampir setengah jam, di Miami 24 jam, karena koper saya terbang ke Denver dan baru di antar esok harinya. Indonesia? ya itu tadi, 45 menitan. Ini hanya catatan pribadi, waktu dihitung setelah melewati imigrasi.

Bandara kita memang sudah sepuh, agak gelap, minim fasilitas, banyak preman, taksi gelap, plus pedagang parfum dan bolpoin branded palsu. Suasanya sih seperti terminal di tengah teriakan petugas hotel dan taksi resmi yang menawarkan jasa (kayak calo tuh).

Setelah menyaksikan kemewahan Terminal 3 di Singapura dan Suravabhumi di Bangkok, saya jadi miris dengan bandara kita. Orang lain terus berbenah, kita masih jalan di tempat, dan malah mundur. Ini catatan yang harus diperbaiki kalau bandara ini mau berbenahb erdasarkan pengamatan saya :

  1. Toilet kurang perawatan, kadang airnya macet, kotor, dan tentu saja bau.
  2. Jumlah meja pemeriksaaan imigrasi di terminal kedatangan kalau tidak salah jumlahnya kurang dari sepuluh. Kalau beberapa pesawat datang bersamaan, antrian bisa sangat panjang.
  3. Ekskalator kadang tidak difungsikan, entah rusak, atau disengaja.
  4. Lampu penerangan minim, kadang beberapa lampu mati tidak pernah diganti
  5. Orang yang tidak jelas tujuannya bisa bebas lalu lalang di dalam bandara
  6. Baggage claim lama
  7. Meeting point terbatas, jadi penjemput harus berdesak-desakan dengan supir taksi gelap, petugas hotel yang menjemput tamu, dan orang2 gak puguh di pintu kedatangan.
  8. Para preman yang sering memeras penumpang harus dibasmi
  9. Mental petugas bandara termasuk Angkasa Pura serta Imigrasi yang masih sering mempersulit bukannya melayani harus menjadi prioritas. Ini kan bandara internasional, bukan terminal bis Pulogadung.
  10. Penumpang juga harus disiplin, antri, dan jangan main serobot.

Itu saja dulu ah, pr lain masih banyak, cuma masalahnya pasti yang terlibat akan sekuat tenaga menghalangi perbaikan di bandara. Bukan rahasia kalau bisnis sampingan pejabat di sini kan banyak.

Mau nambah daftar yang harus diperbaiki ?

Tags: , , , ,

6 Responses to “Pulang”

  1. aNdRa Says:

    Oouw.. selamat datang kembali di dunia carut-marut.. hehehe…
    Bagi orang yang belum biasa pasti akan risih cenderung takut dengan bandara ‘ramai’ seperti itu ya mas…

    Thanks Andra, temen2 saya yang baru mendarat bukan takut lagi, tapi “kagum” koq bisa ya ada bandara sebebas ini. 🙂

  2. marsini Says:

    hobi travelling keliling dunia ya maz?
    kok sampai hafal gitu waktu tunggu koper muncul.
    btw salam kenal ya..

    Hi3x, iya tuh, travelling by job. Salam kenal juga ya.

  3. uwiuw Says:

    wah kayaknya kalau postingini ditambahi foto bandara soekarno-hatta pasti bagus deh….jadi kepotret dinamikanya…hmm

    Maunya sih begitu, tapi satpam sana kadang suka paranoid, disangka wartawan, padah wartawan media blog 🙂

  4. aaqq Says:

    kalo yang harus dipertahankan ada gak mas?
    jangan2 gak ada.. 😀

    Hhhm, arsitektur bangunananya yang khas Indonesia, mungkin itu.

  5. finallywoken Says:

    Terakhir sampai di Jakarta koper saya “nyantol”… katanya sih nyantol di Amsterdam karena saya pindah airlines. Tau dong berapa lama saya menatap conveyor belt sampai koper terakhir? Yup, more than 1 hour. Saking ‘sering’nya kejadian tersebut, saya sudah kalem aja ke bagagge claim counter untuk lapor koper ilang. Besoknya, karena kebetulan saya nganter ibu ke airport, saya samperin aja kantor airlines-nya. Eh kopernya udah nyampe, malah udah siap mau dianter ke rumah. Petugas airlines-nya membantu sampai koper di tangan saya.

    Baru kali itu saya kagum sama efisiensi kerja petugas bandara and petugas airlines di bandara. Soooo, gak semuanya jelek ya? Petugas juga membantu tanpa minta imbalan apa-apa.

    Kalau tentang penumpang sih, saya sudah ngomel-ngomel di sini

    Ya kadang kita mengalami hal2 yang baik dari bandara kita. Sayang, rating Soekarno-Hatta menurut organisasi Skytrax yang mensurvei kepuasan penumpang ailines di seluruh dunia, masih jauh di banding bandara di negara2 ASEAN. Takes time, but we’ll get there kalau ada kemauan.

  6. diah Says:

    ada tips ga untuk menghadapi petugas bandara yang menyulitkan.terutama di bagian imigrasi.katanya sering minta uang pelicin ya…
    jd takut neh mau ke LN
    hi…merinding..

Comments are closed.


%d bloggers like this: